Translate

Saturday, April 22, 2017

7 Fenomena Tubuh Manusia (Bagian 3)

          Di postingan sebelumnya kita telah membahas mengenai Deja Vu dan Telekinesis dalam 7 Fenomena Tubuh Manusia (Bagian 2). Selanjutnya di bagian akhir ini kita akan membahas tentang Anak Indigo dan Spontaneus Human Combustion. Apakah maksud dari dua istilah tersebut? Jawabannya ada di postingan di bawah ini. Cekidot, gan.

6.    Anak Indigo
Image Source: kejadiananeh.com
Dalam daftar nomor enam ada istilah yang mungkin telah sering didengar oleh kalian semua. Mungkin kalian pernah mendengarnya dalam sebuah  program TV atau pun juga pernah membaca di suatu artikel. Istilah ini ialah istilah yang umum bagi orang awam untuk mendefinisikan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan “lebih”. Tetapi, apakah kemampuan yang saya maksud ini diakui sains?

Istilah yang saya maksud di atas adalah Anak Indigo. Pasti kalian pernah mendengarnya, bukan. Seperti yang telah saya singgung di atas, Anak Indigo sering didefinisikan sebagai anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dalam hal kecerdasan dan hal-hal yang berbau supranatural lainnya. Oleh karena itu, Anak Indigo seperti memiliki tempat tersendiri di benak masyarakat untuk dibicarakan.

Tetapi, apakah kalian tahu bahwa istilah Anak Indigo sendiri tidak dikenal dalam dunia psikologi? Ya, istilah Anak Indigo memang tidak dikenal dalam dunia psikologi dan sains secara umum. Istilah ini memang lebih familiar digunakan oleh masyarakat umum semata.

Sebelum kita lebih jauh membahas hal ini, ada baiknya kita lebih dahulu mengetahui dua istilah berikut ini-Child Prodigy dan Indigo Child. Child Prodigy sendiri memiliki batasan, yaitu “seseorang yang masih dalam usia mudanya memiliki tingkat kecerdasan dan kemampuan yang setara dengan orang-orang yang levelnya lebih dewasa dari dirinya”, contohnya ialah Mozart dan Picasso. Sedangkan Indigo Child dalam pengertiannya lebih menekankan pada kaitannya mengenai perilaku sang anak dan tidak memiliki hubungan dengan tingkat kecerdasan anak tersebut.

Istilah Anak Indigo sendiri dikenal melalui para penganut New Age yang ditujukan untuk anak-anak yang dipercaya memiliki atribut psikologis yang tidak biasa.

Sedangkan menurut Lee Carroll, Anak Indigo adalah “seorang anak perempuan atau laki-laki yang memiliki atribut psikologi yang baru atau tidak biasa yang kemudian menyebabkan mereka menunjukkan perilaku yang belum terdokumentasi sebelumnya”. Dari pengertian tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Anak Indigo adalah anak yang menunjukkan ciri-ciri perilaku tertentu dan tidak ada hubungannya mengenai kecerdasan otak atau pun kemampuan paranormal lainnya.

Konsep Indigo sendiri pertama kali dikemukakan oleh seorang paranormal bernama Nancy Ann Tappe pada dekade 70-an untuk mengklasifikasikan masa dan kepribadian seseorang berdasarkan warna aura yang dimilikinya. Dalam buku karyanya yang berjudul “Understanding Your Life Through Color” yang terbit pada tahun 1982, ia juga menjelaskan lebih detail mengenai konsep Indigo yang intinya ia membagi-bagi masa di dunia ini melalui warna-warna dan masa yang akan datang, yang disebutnya sebagai masa Indigo. Warna Indigo ini akan mendominasi dan anak-anak yang lahir pada masa-masa itu akan memiliki ciri-ciri tertentu yang bisa diobservasi.
(Bagi kalian yang belum tahu, warna Indigo adalah warna antara biru dan violet pada spektrum warna elektromagnetik. Berikut gambarnya)

Image Source: ujiansma.com

Tappe menemukan bahwa pola energi Indigo ini terdapat pada 95% anak yang lahir 10 tahun terakhir dan ia juga memprediksikan hal ini akan terjadi secara global. Tappe juga memberikan kepada kita cara untuk mengidentifikasikan anak-anak yang tergolong Indigo dengan memperhatikan ciri-ciri berikut ini.
1.      Memiliki mata yang besar dan jernih.
2.      Pemikiran yang lebih dewasa dibanding usianya.
3.      Ingatan yang sangat kuat.
4.      Keinginan untuk hidup dengan kata hatinya.
5.      Sensitif.
Ciri-ciri yang disampaikannya tersebut menjadi terkenal dan masyur pada tahun 1990-an melalui penulis-penulis lainnya.

Seperti yang telah saya sebutkan di atas, ada seseorang yang bernama Lee Carroll. Ia bersama istrinya, Jan Tober, menerbitkan buku yang berjudul “The Indigo Children: The New Kids Have Arrived” pada tahun 1998. Dan seketika buku ini pun menjadi rujukan dan referensi mengenai Anak Indigo pada saat itu. Dalam bukunya ini ia mengemukakan ciri-ciri anak yang termasuk dalam golongan Anak Indigo. Untuk mendapatkan hal ini ada yang aneh, ia mengaku mendapatkannya melalui bisikan-bisikan roh yang bernama Kryon. Tidaklah mengherankan karena Carroll adalah seorang cenayang yang menjadi media bagi roh Kryon ini.

Lalu, bagaimana sains memandang Anak Indigo? Ketika diteliti, ternyata banyak kasus Anak Indigo yang sebenarnya mengalami sebuah syndrome yang bernama Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) yang menyebabkan sang anak menjadi hiperaktif dan selalu mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya. Memang ciri-ciri antara ADHD dan ciri-ciri Anak Indigo yang disampaikan oleh Carroll memiliki banyak kesamaan, tetapi inilah juga yang menjadi sebab timbulnya pertentangan antara dokter/psikolog dengan para penganut teori Anak Indigo. Dokter/psikolog memandang hal ini adalah hanya sebagai ajang cari untung para penulis saja, dan para dokter/psikolog pun tidak melihat adanya dasar/bukti sains yang kuat untuk konsep Anak Indigo ini.
(Baca selengkapnya di sini)

7.    Spontaneus Human Combustion
**PERHATIAN. Isi tulisan dan gambar di bawah mungkin tidak nyaman untuk dibaca dan dilihat.**

Pada tanggal 2 November 2009 lalu, ditemukan sesosok mayat wanita yang terbakar habis di atas trailer. Kejadian ini terjadi di Brevard County, Florida. Anehnya, di tempat kejadian ditemukan benda-benda yang ada di sekitar korban tersebut tetap aman tanpa adanya tanda-tanda terbakar sama sekali. Apakah ini sebuah kebetulan semata, ataukah ini bentuk lain dari kejadian supranatural? Entahlah, tapi sebagian orang menyebut kejadian yang satu ini dengan sebutan Spontaneus Human Combustion.

Apakah Spontaneus Human Combustion/SHC  itu? Dari sumber yang saya dapatkan, pengertian dari SHC adalah fenomena manusia yang terbakar habis menjadi abu tanpa adanya sebab-sebab yang jelas atas kejadian tersebut. Fenomena ini setidaknya sudah ada sejak 350 tahun yang lalu ketika kasus pertama dilaporkan.

Kejadian SHC ini pertama kali diketahui oleh ublic dari seorang ahli anatomi asal Denmark bernama Thomas Bartholin pada tahun 1663. Dalam kasus yang ditanganinya itu, sang korban adalah seorang wanita yang terbakar menjadi abu di kota Paris, seperti yang telah saya sebutkan di atas, anehnya barang-barang di sekitar korban tidak terbakar-tempat tidur yang digunakan oleh korban pun tidak gosong sama sekali.



Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1673 ada seorang Perancis bernama Jonas Dupont menjadi perhatian publik karena ia mempublikasikan kasus-kasus yang berkaitan dengan SHC dalam buku karyanya yang berjudul “De Incendiis Corporis Humani Spontaneus”. Sekedar informasi saja, dari kasus pertama yang dilaporkan oleh Thomas Bartholin hingga saat ini setidaknya ada 200 kasus tentang SHC yang dilaporkan. Mungkin pada kenyataannya bisa lebih banyak dari yang dilaporkan.

Selanjutnya, kita perlu mengetahui tentang pola-pola yang hampir sama yang ditemukan di setiap korban SHC. Pola yang saya maksud adalah di setiap korban yang terbakar, tubuh sang korban terbakar habis dan hampir seluruhnya menjadi abu. Apa yang bisa kita simpulkan? Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa api yang membakar tubuh korban ini suhunya jauh lebih panas dibandingkan suhu api biasa.

Dalam beberapa kasus juga, bagian tubuh yang tersisa dari korban hanya kaki dan tangan saja, pada kasus tertentu juga bagian perut masih tersisa sedikit, dan sebagian besar tulang menjadi abu. Benda-benda di sekitar korban pun seperti tidak terdampak dari panas tinggi yang membakar korban, beberapa kasus lainnya ditemukan bahwa seprei korban tak terbakar sama sekali. Aneh sekali, bukan?

Dari kesaksian para petugas yang menyelidiki kasus SHC ini pun ditemukan adanya substansi seperti lemak yang menyelimuti langit-langit dan dinding di sekitar tempat kejadian. Lapisan lemak ini bisa mencapai tinggi hingga satu meter di atas lantai. Benda dalam radius ini terlihat ada tanda-tanda kerusakan yang terjadi, seperti cermin yang retak dan lilin yang meleleh.

Kebanyakan korban dari SHC juga umumnya merupakan orang yang tinggal sendirian di rumahnya. Petugas yang datang pun sering mencium adanya bau asap dan bau manis di sekitar tempat kejadian.

Dari sekian banyak korban fenomena SHC ini, setidaknya ada empat korban yang terkenal, antara lain:
1.      Grace Pett (60 tahun) yang terjadi pada tanggal 9 April 1744.
2.      Mary Reeser (67 tahun) yang terjadi pada tahun 1951.
3.      Anna Martin (68 tahun) yang terjadi pada tanggal 18 Mei 1957.
4.      Dr. J. Irving Bentley (92 tahun) yang terjadi pada tanggal 5 Desember 1966.

Dari beberapa korban yang selamat dari fenomena SHC ialah Susan Motteshead (1980). Ia mengungkapkan bahwa ketika ia sedang berada di dapur, secara tiba-tiba tubuhnya diselebungi oleh api yang entah sumbernya dari mana. Namun, sebelum api tersebut membesar dan membakar tubuh Susan, seketika api itu lenyap tak berbekas.

Lebih anehnya lagi, dari setiap korban yang selamat dari fenomena SHC ini, mengatakan bahwa ketika api itu muncul di sekeliling tubuhnya, mereka mengaku tidak merasakan adanya panas dan rasa sakit. Tentu saja hal ini menambah misteri dari SHC untuk dipecahkan. Jadi, timbul sebuah pertanyaan baru, apakah korban SHC yang meninggal tidak merasakan rasa sakit dan panas? Entahlah, sampai sekarang belum ada yang bisa menjawabnya.

Untuk memecahkan kasus SHC ini para peneliti berusaha untuk mengajukan berbagai macam teori. Dari berbagai teori yang muncul, yang menjadikan dasar utama dalam penyusunan teori-teori tersebut adalah dari 200 laporan kasus SHC itu sendiri. Walaupun tidak semua, korban dari fenomena SHC umumnya memiliki beberapa kemiripan sebagai berikut.
1.      Para korban umumnya adalah orang yang sudah lanjut usia/manula.
2.      Para korban umumnya adalah orang yang memiliki cacat/keterbatasan gerak (korban yang ada di Florida yang saya sebutkan di awal juga mengalami kesulitan dalam bergerak, walaupun bisa begerak).
3.      Para korban umumnya adalah orang yang merupakan perokok dan suka minum minuman keras.
4.      Para korban umumnya adalah orang-orang yang kesepian/hidup sendiri dalam waktu yang cukup lama.

Dari pola-pola tersebut, para peneliti setidaknya menyimpulkan tujuh (7) teori yang berkaitan dengan sebab terjadinya fenomena SHC. Tujuh (7) teori tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Alkohol. Dari berbagai kemiripan para korban yang telah saya sebutkan di atas, para korban umumnya adalah seorang yang suka dengan minum-minuman keras. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa alkohol merupakan sebab utama terjadinya SHC ini. Bagaimana alkohol dapat menyebabkan SHC?

Ada sebagian orang yang percaya bahwa alkohol dapat menyebabkan efek membakar ketika level alcohol dalam darah berada diatas normal. Alkohol yang mencapai level tinggi itu diyakini bisa menyebabkan efek membakar yang mengerikan bagi korbannya. Tetapi, teori ini segera dipatahkan karena fakta mengatakan bahwa kadar ethanol yang dapat menyebabkan efek membakar hanya terjadi jika konsentrasinya lebih besar dari 23%. Teori ini menjadi tidak masuk akal karena jika kadar ethanol hanya mencapai 1% saja dalam darah sudah cukup untuk membunuh manusia.

2.      Wick effect/Efek sumbu. Teori ini adalah salah satu teori yang menyebutkan bahwa SHC disebabkan karena tubuh sang korban terbakar layaknya api rokok. Menurut para  peneliti, tubuh kita ini mengandung lemak yang dianalogikan sebagai substansi pembakar yang baik, sedangkan pakaian dan rambut kita adalah sebagai sumbu pembakar. Sementara lemak yang ada pada tubuh kita mencair, lemak tersebut secara bersamaan akan membasahi pakaian dan rambut kita dan secara perlahan akan membakar “sumbu”-nya. Inilah sebab mengapa tubuh korban terbakar habis sedangkan barang-barang di sekitarnya tidak terbakar.

Dari teori ini timbul sebuah pertanyaan. Dari sebagian besar korban SHC, kaki dan tangan sang korban atau pun bagian lainnya ternyata masih tersisa, bagaimana ini bisa terjadi? Jawabannya adalah level temperature. Para peneliti menjelaskan bahwa ketika posisi duduk, bagian atas tubuh akan cenderung lebih panas dibandingkan dengan bagian bawahnya. Layaknya korek api, api terlebih dahulu membakar bagian kepalanya dan secara perlahan turun ke bagian yang lebih rendah. Tetapi biasanya api tersebut akan mati terlebih dulu sebelum membakar semua batang korek api dan menyisakan sedikit bagian bawahnya.

Teori ini memang cukup masuk akal, tetapi timbul pertanyaan lainnya, kapan tubuh manusia bisa menjadi Wick Effect? Sampai sekarang belum ada jawabannya.

3.      Listrik statis. Dalam teori ini menyatakan bahwa pakaian mungkin saja bisa menimbulkan listrik statis yang pada akhirnya bisa menyebabkan efek membakar. Seseorang yang berjalan di atas karpet pun akan menciptakan aliran listrik dan voltase yang cukup untuk menciptakan percikan-percikan api.

Tetapi teori ini pun dibantah karena walaupun voltase yang tercipta cukup tinggi, energi yang tercipta sangat rendah (biasanya kurang dari 1 joule). Energi sekecil itu tidak cukup untuk menciptakan api.

4.      Psikosomatik. Teori ini dikemukakan berdasarkan fakta bahwa sebagian besar korban SHC adalah orang-orang yang kesepian/hidup sendiri. Para peneliti mengatakan bahwa proses psikosomatik yang terjadi akibat kesepian tersebut menimbulkan reaksi berantai dengan memproses nitrogen yang ada pada tubuh hingga menimbulkan reaksi berantai ledakan mitokondria. Walapun seperti itu, banyak peneliti yang menyangsikan teori psikosomatik karena terdengar terlalu mengada-ada.

5.      Gas dan listrik dalam tubuh. Kita semua tentunya sudah mengetahui bahwa tubuh kita mengandung listrik dan gas yang dapat menyalakan api (misalnya gas metana yang ada pada usus). Teori ini menyatakan bahwa SHC terjadi ketika listrik dan gas metana yang ada di dalam tubuh bercampur dan menimbulkan efek membakar pada korban. Teori ini memang salah satu teori yang paling masuk akal.

Walaupun masuk akal, tetap saja ada pertanyaan yang belum bisa dijawab mengenai teori yang satu ini. Pertanyaan tersebut adalah, kapan listrik dan gas metana tersebut bisa tercampur dan menyebabkan efek membakar dalam tubuh? Sampai saat ini belum ada yang bisa menjawabnya.

6.      Hangus karena tertidur. Seperti yang telah saya sebutkan di atas bahwa sebagian besar korban dari SHC adalah orang-orang yang suka merokok, mabuk dan hidup sendiri, berusia lanjut dan mengalami kendala dalam gerak. Pola-pola inilah yang menjadi dasar teori yang satu ini.

Teori ini menyatakan bahwa ketika sang korban tertidur, rokok yang dipegangnya terjatuh dan membakar karpet yang ada di bawahnya, selanjutnya api akan menjalar ke tubuh korban dan karena sang korban mengalami kesulitan dalam bergerak, maka ia tidak bisa menyelamatkan diri dan tewas di tempat kejadian. Sangat sederhana bukan?

Teori ini pun disangkal oleh banyak peneliti karena mengabaikan fakta bahwa di sekitar tempat ditemukannya korban barang-barang tidak terbakar, dalam beberapa kasus bahkan kursi dan tempat tidur korban tidak terbakar sama sekali. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sumber api berasal dari tubuh sang korban, bukannya dari luar.

7.      Kejahatan terencana. Teori ini adalah teori yang paling sederhana dari yang sederhana. Mengapa? Mungkin saja teori ini dikeluarkan oleh para peneliti yang malas untuk berpikir karena teori yang satu ini mengabaikan banyak sekali fakta di lapangan sehingga tidak digubris oleh para peneliti yang kredibel dan kompeten. Teori ini menyatakan bahwa fenomena SHC hanya merupakan akibat kejahatan terencana saja, penjahat membakar tubuh sang korban sebagai upaya untuk membuang bukti dan jejak sang pembunuh. So, sangat sederhana bukan?

Pada akhirnya fenomena SHC ini sampai sekarang masih menjadi salah satu misteri yang belum terpecahkan. Jika kalian menginginkan jawaban lengkap mengenai fenomena ini, maaf saja hanya ini yang bisa saya sampaikan. Mungkin SHC ini akan tetap menjadi misteri dan hanya waktu yang akan bisa mengungkapnya.
(Baca selengkapnya di sini)

Content Source: enigmablogger.com



No comments: