Translate

Saturday, March 18, 2017

9 Filosofi Jawa dari Sunan Kalijaga

            Suatu hari saya pernah terpikir tentang makna hidup, apa itu hidup dan untuk apa hidup itu. Apa kalian pernah berfikir hal yang sama dengan saya? Walaupun pertanyaan itu telah lama muncul dalam benak saya, sampai saat ini saya belum bisa menjawabnya. Mungkin jawabannya akan datang seiring berjalannya waktu.

            Tetapi jika saya hanya menunggu tanpa adanya usaha mencari jawabannya, jawaban itu pun tidak akan pernah datang. Dan oleh karena itu, salah satu usaha yang saya lakukan adalah dengan membaca lebih banyak. Bacaan yang saya baca tidak hanya satu tema. Saya pernah membaca buku tentang sejarah, sastra, dsb. Dengan membaca berbagai macam tema saya berharap wawasan saya akan bertambah luas dan dengan itu akan membantu pula bagi saya untuk menjawab pertanyaan tentang hidup.
Image Source : www.embunhati.com
            Disamping membaca buku-buku, artikel yang ada di internet pun patut untuk dijadikan referensi. Beberapa diantaranya bahkan saya temukan di media sosial dan itu merupakan postingan individu, bukan organisasi atau pun komunitas tertentu. Walaupun hanya postingan individu, saya pastikan isinya berbobot dan berkualitas. Postingan yang mengingatkan bahwa hidup bukanlah hanya untuk makan dan minum saja atau pun hahahehe, tetapi lebih luas dari itu. Dan inilah yang akan saya bahas kali ini.

            Dari sebuah akun Facebook yang bernama Sri Wahyuni PayTrener, ia membagikan sebuah postingan yang membuat saya (sedikit) lebih mengerti apa makna dari hidup. Tentang bagaimana seharusnya kita bertingkah laku dan menyikapi setiap kejadian dalam hidup. Berikut my7top membagikannya dalam 9 Filosofi Jawa dari Sunan Kalijaga.
(Baca selengkapnya tentang Sunan Kalijaga)

1.    Urip Iku Urup

“Hidup itu nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik”.
Image Source : www.infoyunik.com
Kita hidup sebagai manusia bukanlah hanya untuk bersenang-senang saja; membanggakan diri apalagi merendahkan dan menganggap orang lain lebih rendah dari kita. Manusia hidup adalah untuk beribadah dan bermanfaat bagi sesama, lebih dari itu kita harus bermanfaat bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Lebih besar manfaat yang kita berikan, tentu lebih mulia pula kita dihadapan-Nya.

2.    Memayu Hayuning Bawana

Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak”.
Image Source : www.ummi-online.com
Manusia memiliki tugas utama dalam hidup adalah untuk beribadah. Dan oleh sebab itu, kita harus memastikan setiap perbuatan yang kita lakukan merupakan ibadah. Ibadah itu luas, maka jangan sempitkan arti dari ibadah. Disamping kita mengerjakan ibadah-ibadah utama (salat, dsb), kita juga perlu untuk mengerjakan ibadah lainnya. Tersenyum adalah ibadah, maka seringlah kita tersenyum pada saudara lainnya; menolong adalah ibadah, maka seringlah kita menolong saudara lainnya, dsb.

Mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan sesama juga merupakan bagian dari ibadah; memberantas sifat angkara murka/keburukan, serakah dan tamak juga salah bentuk ibadah. Dengan melakukan hal-hal tersebut, insyaallah, ibadah kita akan lebih maksimal dan sempurna. Aamiin.

3.    Suro Diro Joyo Diningrat, Lebur Dening Pangastuti

“Segala sifat keras hati, picik, angkara murka; hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar”.
Image Source : www.gkycimone.org
Beberapa teman kalian mungkin memiliki sifat yang kalian tidak sukai, seperti sombong, ingin menang sendiri dan beberapa mungkin lebih condong pada keburukan. Untuk mengatasi hal tersebut tidaklah mungkin bagi kita untuk membalasnya sama keras seperti mereka agar kalah, karena harus diingat bahwa setiap hal pasti memiliki lawan yang sepadan.

Banyak dari kita berpikiran kesombongan akan kalah jika kita lebih sombong; kecurangan akan kalah jika kita lebih curang, apakah dapat diterima logika seperti itu? Tentunya tidak, semakin kita ingin mengalahkan keburukan dengan keburukan lainnya, maka yang akan timbul adalah keburukan yang lebih besar. Lalu bagaimana cara kita mengalahkan keburukan itu?

Seperti yang telah saya singgung di atas bahwa setiap hal pasti memiliki lawan yang sepadan, dan lawan yang sepadan bagi keburukan bukanlah keburukan itu sendiri melainkan kebaikan. Kebaikan yang kita lakukan akan perlahan membuat sifat buruk kalah dengan sendirinya, karena hanya kebaikanlah yang bisa mengalahkan keburukan itu, tidak ada hal lain yang lebih kuat untuk mengalahkan keburukan kecuali kebaikan. Percayalah.

4.    Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho

“Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; kaya tanpa didasari kebendaan”.
Image Source : www.datdut.com
“Berjuang tanpa perlu membawa massa”
Ketika kita akan memperjuangkan kebaikan, maka lakukanlah kebaikan itu dari dalam diri dan hati kita. Kita tidak perlu membawa banyak orang untuk meyakinkan orang lain bahwa yang kita lakukan adalah kebaikan, kita hanya perlu memastikan bahwa yang kita lakukan adalah sesuai dengan Al Quran dan hadist, itu saja sudah cukup. Walaupun kita berombongan dan menyuarakan sesuatu, tetapi yang kita suarakan adalah hal yang bertentangan dengan Al Quran dan hadist, maka yang kita lakukan tersebut adalah sebuah kesia-siaan saja.

“Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan”
Dalam hidup pasti ada yang kalah dan menang; ada yang miskin dan kaya, ada yang di bawah dan di atas. Dari setiap dua kemungkinan tersebut, kita bisa di atas atau pun di bawah. Yang kita harus lakukan ketika di atas adalah janganlah sombong, janganlah merendahkan dan janganlah mempermalukan orang yang ada di bawah. Sebaliknya ketika kita ada di bawah yang harus dilakukan adalah tetaplah bersabar, janganlah memaki dan janganlah menuduh tanpa bukti kepada orang yang ada di atas.

“Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan”
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kita sebagai manusia diciptakan diberi rasa oleh-Nya ingin dipandang sebagai orang yang berpengaruh dan berwibawa di mata manusia lain. Hal itu tidaklah salah sebab merupakan sifat manusiawi. Hal yang salah adalah ketika kita memanfaatkan pengaruh dan kekuatan yang kita miliki untuk merendahkan orang lain. Menganggap orang lain adalah budak dan menganggap diri kita sendiri sebagai tuan. Itu adalah kesalahan yang acap kali dilakukan oleh manusia yang tidak bisa menjaga amanah dari-Nya.

“Kaya tanpa didasari kebendaan”
Di mata manusia, orang kaya adalah orang yang memiliki harta benda yang melimpah dan tentunya akan dimuliakan oleh manusia lainnya. Sedangkan di mata Allah, orang kaya adalah orang yang memiliki iman dan taqwa yang tinggi yang tentunya akan dimuliakan oleh Allah sendiri. Terserah kalian ingin menjadi salah satu diantaranya atau ingin menjadi keduanya.

5.    Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kalangan

“Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; jangan sedih manakala kehilangan sesuatu”.
Image Source : www.kabarmakkah.com
Dalam hidup kita tidak akan terlepas dari musibah maupun kesempitan. Pastinya setiap manusia mengalaminya tanpa terkecuali, dan reaksi setiap manusia secara umum pasti bersedih. Tetapi ketika kita mengalami musibah janganlah terlalu bersedih atau pun terlalu sakit hati, apalagi menyalahkan Allah atas musibah yang kita rasakan.

Bersedih sewajarnya saja, jangan menganggap setiap musibah yang Allah timpakan merupakan rasa tidak sayang Allah kepada kita. Setiap hal pastinya memiliki hidayah dibaliknya, tidak terkecuali dengan musibah. Sekali lagi, ketika kita menghadapi sebuah musibah janganlah terlalu bersedih dan tetaplah bersabar.

6.    Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman

“Jangan mudah terheran-heran; jangan mudah menyesal; jangan mudah terkejut-kejut; jangan mudah kolokan atau manja”.
Image Source : hartomo.blogdetik.com
Menjadi seorang manusia memanglah tidak semudah menjadi hewan peliharaan yang hanya makan, tidur dan bermanja-manjaan saja dengan tuannya. Manusia memiliki kewajiban lebih yang harus ditunaikan kepada Allah, kepada sesama dan kepada alam. Dan saat kita melakukannya pastilah banyak hal yang terjadi, entah itu halangan/rintangan maupun hal-hal yang baru/asing bagi kita.

Dalam menghadapi hal yang baru dan asing, kita tidak perlu merasa heran atau pun terkejut berlebihan. Setiap hal telah dirancang dan disusun oleh Allah untuk kita lalui, yang perlu kita lakukan hanya menghadapinya dengan sabar dan do’a. Terheran-heran maupun terkejut terhadap sesuatu yang berlebihan hanya akan menghambat kita untuk lebih maju dan berkembang kedepannya.

7.    Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman

“Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi”.
Image Source : www.sesawi.net
Sebagian dari kita diberi amanah untuk menjadi pemimpin dan sebagian lainnya diberi kelebihan dalam hal harta benda keduniawian. Menjadi seorang pemimpin adalah hal yang mulia dan menjadi orang yang kaya sangat mungkin menjadikannya seorang dermawan. Intinya menjadi pemimpin atau pun orang kaya adalah hal yang bisa membawa pelakunya lebih dekat kepada kebaikan/surga.

Tetapi disisi lain ketika kita menyalahgunakan kuasa dan harta yang kita miliki, kita bisa menjadi makhluk yang bahkan lebih rendah dari setan. Kita diberi kesempatan untuk hidup bukanlah untuk mencari kenikmatan duniawi saja, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mencari bekal di akhirat nanti. Gunakanlah kuasa dan harta yang kita miliki sebagai cara kita untuk beribadah dan memperoleh rahmat dari Allah swt. Ingatlah hidup hanya sekali dan tidak akan terulang!

8.    Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka

“Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka”.
Banyak dari kita yang bisa dikategorikan sebagai orang pandai, seperti guru, profesor maupun ulama. Tapi janganlah sampai kepandaian yang Allah berikan tersebut malahan menjadi penyesat bagi kita karena kita tidak bisa mengelola ilmunya dan merasa paling pandai diantara orang lainnya. Banyak kasus orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai guru, namun perilakunya sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang guru. Ilmu dan kepandaian yang Allah berikan seharusnya bisa digunakan sebagai alat untuk kita menolong sesama, bukan untuk menyengsarakan sesama.

Disisi lain, menjadi orang yang berbuat jujur juga merupakan cara kita untuk lebih dekat kepada kebaikan. Hindarilah perbuatan curang karena perilaku tersebut lebih dekat kepada keburukan. Dan kita telah mengetahui bahwa setiap keburukan akan membawa keburukan lainnya. Jadi, hindarilah sifat curang dalam hal apapun dan dalam bentuk apapun, apalagi jika menyangkut pada kepentingan umat-korupsi, dll.

9.    Ojo Adigang, Adigung, Adiguno

“Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti”.
Image Source : www.kabarmakkah.com
Kita hidup diberi amanah oleh Allah sebagai khalifah, yang artinya adalah sebagai pemimpin. Kita hidup sebagai pemimpin tidak hanya memerhatikan kepentingan kita sendiri, tetapi harus memerhatikan kepentingan orang lain juga. Peran pertama kita sebagai pemimpin adalah kepada diri sendiri dan setelah itu kepada orang lain, dan inilah yang sering timbul permasalahan di dalamnya.

Sebagian dari kita diberi amanah untuk menjadi khalifah/pemimpin bagi orang lain, seperti presiden, direktur, rektor, dsb. Yang terpenting untuk kita perhatikan saat menjadi pemimpin bagi orang lain adalah kebijakannya. Janganlah menjadi pemimpin yang hanya bisa membuat kebijakan demi keuntungan diri sendiri atau pun kelompoknya semata, itulah yang disebut dengan pemimpin zalim, lalim.

Lebih dari itu, ketika kita diberi amanah sebagai pemimpin janganlah menjadi pemimpin yang sok kuasa, sok besar dan sok sakti. Kita harus ingat bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan nantinya, apalagi perbuatan kita saat menjadi seorang pemimpin. Pemimpin bisa menjadi sangat mulia di mata manusia dan Allah jika kebijakannya sesuai dengan kebaikan, sebaliknya pemimpin bisa menjadi hina di mata manusia dan Allah jika kebijakannya hanya mengikuti hawa nafsunya saja.

            Itulah 9 Filosofi Jawa dari Sunan Kalijaga yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Dari sembilan hal tersebut, intinya kita diharuskan untuk menjadi orang yang baik; orang yang berpikiran baik; orang yang berkata baik dan orang yang berperilaku baik. Tidak ada hal lain yang lebih dekat dengan kebaikan kecuali kebaikan itu sendiri.
           
            Semoga dengan adanya artikel ini saya berharap bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi kalian untuk menjawab makna hidup-bagaimana kita hidup. Walupun belum seluruhnya terjawab, tetapi setidaknya kita telah sedikit memahami bagaimana cara hidup yang baik-yang tentunya sesuai dengan Al Quran dan hadist-seperti yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga ini.

Content Source : Sri Wahyuni PayTrener (Facebook)

*Kritik/saran dan pendapat e-mail ke fahrulff14@gmail.com
*Komentar cukup di kolom komentar, ya J


No comments: