Image Source : chillinaris.blogspot.co.id
Suatu
hari saya pernah terpikir tentang makna hidup, apa itu hidup dan untuk apa
hidup itu. Apa kalian pernah berfikir hal yang sama
dengan saya? Walaupun pertanyaan itu telah lama muncul dalam benak saya,
sampai saat ini saya belum bisa menjawabnya. Mungkin jawabannya akan datang
seiring berjalannya waktu.
Tetapi
jika saya hanya menunggu tanpa adanya usaha mencari jawabannya, jawaban itu pun
tidak akan pernah datang. Dan oleh karena itu, salah satu usaha yang saya
lakukan adalah dengan membaca lebih banyak.
Bacaan yang saya baca tidak hanya satu tema. Saya pernah membaca buku tentang
sejarah, sastra, dsb. Dengan membaca berbagai macam tema saya berharap wawasan saya
akan bertambah luas dan dengan itu akan membantu pula bagi saya untuk menjawab
pertanyaan tentang hidup.
Image Source : www.embunhati.com
Disamping
membaca buku-buku, artikel yang ada di internet pun patut untuk dijadikan referensi.
Beberapa diantaranya bahkan saya temukan di media sosial dan itu merupakan
postingan individu, bukan organisasi atau pun komunitas tertentu. Walaupun
hanya postingan individu, saya pastikan isinya berbobot dan berkualitas. Postingan
yang mengingatkan bahwa hidup bukanlah hanya untuk makan dan minum saja atau
pun hahahehe, tetapi lebih luas dari
itu. Dan inilah yang akan saya bahas kali ini.
Dari
sebuah akun Facebook yang bernama Sri
Wahyuni PayTrener, ia membagikan sebuah postingan yang membuat saya
(sedikit) lebih mengerti apa makna dari hidup. Tentang bagaimana seharusnya
kita bertingkah laku dan menyikapi setiap kejadian dalam hidup. Berikut my7top membagikannya
dalam 9 Filosofi Jawa dari Sunan
Kalijaga.
(Baca
selengkapnya tentang Sunan Kalijaga)
1.
Urip Iku Urup
“Hidup itu nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat
bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan
tentu akan lebih baik”.
Image Source : www.infoyunik.com
Kita hidup sebagai manusia
bukanlah hanya untuk bersenang-senang saja; membanggakan
diri apalagi merendahkan dan menganggap
orang lain lebih rendah dari kita. Manusia
hidup adalah untuk beribadah dan bermanfaat bagi sesama, lebih dari itu
kita harus bermanfaat bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Lebih besar manfaat yang
kita berikan, tentu lebih mulia pula kita dihadapan-Nya.
2.
Memayu Hayuning Bawana
“Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah
dan tamak”.
Image Source : www.ummi-online.com
Manusia memiliki tugas utama dalam hidup adalah untuk
beribadah. Dan oleh sebab itu, kita harus memastikan setiap perbuatan yang kita
lakukan merupakan ibadah. Ibadah itu luas, maka
jangan sempitkan arti dari ibadah. Disamping kita mengerjakan ibadah-ibadah
utama (salat, dsb), kita juga perlu untuk mengerjakan ibadah lainnya. Tersenyum adalah ibadah, maka seringlah kita
tersenyum pada saudara lainnya; menolong adalah
ibadah, maka seringlah kita menolong saudara lainnya, dsb.
Mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan
kesejahteraan sesama juga merupakan bagian dari ibadah; memberantas sifat
angkara murka/keburukan, serakah dan tamak juga
salah bentuk ibadah. Dengan melakukan hal-hal tersebut, insyaallah, ibadah kita akan lebih maksimal dan sempurna. Aamiin.
3.
Suro Diro Joyo Diningrat,
Lebur Dening Pangastuti
“Segala sifat keras hati, picik, angkara murka; hanya
bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar”.
Image Source : www.gkycimone.org
Beberapa teman kalian mungkin
memiliki sifat yang kalian tidak sukai, seperti sombong,
ingin menang sendiri dan beberapa mungkin lebih condong
pada keburukan. Untuk mengatasi hal tersebut
tidaklah mungkin bagi kita untuk membalasnya sama keras seperti mereka agar
kalah, karena harus diingat bahwa setiap
hal pasti memiliki lawan yang sepadan.
Banyak dari kita berpikiran
kesombongan akan kalah jika kita lebih sombong; kecurangan akan kalah jika kita
lebih curang, apakah dapat diterima logika seperti itu? Tentunya tidak, semakin
kita ingin mengalahkan keburukan dengan keburukan lainnya, maka yang akan timbul
adalah keburukan yang lebih besar. Lalu bagaimana cara kita mengalahkan
keburukan itu?
Seperti yang telah saya singgung
di atas bahwa setiap hal pasti memiliki lawan yang sepadan, dan lawan yang sepadan bagi keburukan bukanlah
keburukan itu sendiri melainkan kebaikan. Kebaikan
yang kita lakukan akan perlahan membuat sifat buruk kalah dengan sendirinya,
karena hanya kebaikanlah yang bisa mengalahkan keburukan itu, tidak ada hal
lain yang lebih kuat untuk mengalahkan keburukan kecuali kebaikan. Percayalah.
4.
Ngluruk Tanpo Bolo,
Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho
“Berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa merendahkan
atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; kaya tanpa didasari
kebendaan”.
Image Source : www.datdut.com
“Berjuang tanpa perlu membawa massa”
Ketika kita akan memperjuangkan kebaikan, maka lakukanlah kebaikan itu dari dalam
diri dan hati kita. Kita tidak perlu membawa banyak orang untuk meyakinkan orang
lain bahwa yang kita lakukan adalah kebaikan, kita hanya perlu memastikan bahwa
yang kita lakukan adalah sesuai dengan Al Quran dan
hadist, itu saja sudah cukup. Walaupun kita berombongan dan menyuarakan
sesuatu, tetapi yang kita suarakan adalah hal yang bertentangan dengan Al Quran
dan hadist, maka yang kita lakukan tersebut adalah sebuah kesia-siaan saja.
“Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan”
Dalam hidup pasti ada yang kalah
dan menang; ada yang miskin dan kaya, ada yang di bawah dan di atas. Dari setiap
dua kemungkinan tersebut, kita bisa di atas atau pun di bawah. Yang kita harus
lakukan ketika di atas adalah janganlah sombong,
janganlah merendahkan dan janganlah mempermalukan orang yang ada di bawah. Sebaliknya
ketika kita ada di bawah yang harus dilakukan adalah tetaplah bersabar, janganlah memaki
dan janganlah menuduh tanpa bukti kepada orang
yang ada di atas.
“Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan”
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
kita sebagai manusia diciptakan diberi rasa oleh-Nya ingin dipandang sebagai
orang yang berpengaruh dan berwibawa di mata manusia lain. Hal itu tidaklah
salah sebab merupakan sifat manusiawi. Hal yang salah adalah ketika kita
memanfaatkan pengaruh dan kekuatan yang kita miliki untuk merendahkan orang lain. Menganggap orang lain adalah
budak dan menganggap diri kita sendiri sebagai tuan. Itu adalah kesalahan yang
acap kali dilakukan oleh manusia yang tidak bisa menjaga amanah dari-Nya.
“Kaya tanpa didasari kebendaan”
Di mata manusia, orang kaya
adalah orang yang memiliki harta benda yang melimpah dan tentunya akan
dimuliakan oleh manusia lainnya. Sedangkan di mata Allah, orang kaya adalah orang yang memiliki iman dan taqwa yang tinggi
yang tentunya akan dimuliakan oleh Allah sendiri. Terserah kalian ingin menjadi
salah satu diantaranya atau ingin menjadi keduanya.
5.
Datan Serik Lamun
Ketaman, Datan Susah Lamun Kalangan
“Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri;
jangan sedih manakala kehilangan sesuatu”.
Image Source : www.kabarmakkah.com
Dalam hidup kita tidak akan
terlepas dari musibah maupun kesempitan. Pastinya setiap manusia mengalaminya tanpa
terkecuali, dan reaksi setiap manusia secara umum pasti bersedih. Tetapi ketika
kita mengalami musibah janganlah terlalu bersedih atau pun terlalu sakit hati, apalagi menyalahkan Allah atas musibah
yang kita rasakan.
Bersedih sewajarnya saja, jangan menganggap setiap
musibah yang Allah timpakan merupakan rasa tidak sayang Allah kepada kita.
Setiap hal pastinya memiliki hidayah
dibaliknya, tidak terkecuali dengan musibah. Sekali lagi, ketika kita menghadapi sebuah musibah janganlah terlalu bersedih dan
tetaplah bersabar.
6.
Ojo Gumunan, Ojo Getunan,
Ojo Kagetan, Ojo Aleman
“Jangan mudah terheran-heran; jangan mudah menyesal;
jangan mudah terkejut-kejut; jangan mudah kolokan atau manja”.
Image Source : hartomo.blogdetik.com
Menjadi seorang manusia memanglah
tidak semudah menjadi hewan peliharaan yang hanya makan, tidur dan
bermanja-manjaan saja dengan tuannya. Manusia
memiliki kewajiban lebih yang harus ditunaikan kepada Allah, kepada sesama
dan kepada alam. Dan saat kita melakukannya pastilah banyak hal yang terjadi,
entah itu halangan/rintangan maupun hal-hal yang baru/asing bagi kita.
Dalam menghadapi hal yang baru
dan asing, kita tidak perlu merasa heran atau pun terkejut berlebihan. Setiap hal telah dirancang dan disusun oleh
Allah untuk kita lalui, yang perlu kita lakukan hanya menghadapinya dengan sabar dan do’a.
Terheran-heran maupun terkejut terhadap sesuatu yang berlebihan hanya akan menghambat
kita untuk lebih maju dan berkembang kedepannya.
7.
Ojo Ketungkul Marang
Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
“Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan
untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi”.
Image Source : www.sesawi.net
Sebagian dari kita diberi amanah untuk menjadi pemimpin dan sebagian lainnya
diberi kelebihan dalam hal harta benda keduniawian. Menjadi seorang pemimpin
adalah hal yang mulia dan menjadi orang yang
kaya sangat mungkin menjadikannya seorang dermawan.
Intinya menjadi pemimpin atau pun orang kaya adalah hal yang bisa membawa pelakunya
lebih dekat kepada kebaikan/surga.
Tetapi disisi lain ketika kita menyalahgunakan kuasa dan harta yang kita miliki, kita
bisa menjadi makhluk yang bahkan lebih rendah dari setan.
Kita diberi kesempatan untuk hidup bukanlah untuk mencari kenikmatan duniawi
saja, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mencari bekal di akhirat nanti.
Gunakanlah kuasa dan harta yang kita miliki sebagai cara kita untuk beribadah
dan memperoleh rahmat dari Allah swt. Ingatlah hidup hanya sekali dan tidak akan terulang!
8.
Ojo Kuminter Mundak
Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka
“Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;
jangan suka berbuat curang agar tidak celaka”.
Image Source : hafidhasanudin.wordpress.com
Banyak dari kita yang bisa
dikategorikan sebagai orang pandai, seperti guru, profesor maupun ulama. Tapi
janganlah sampai kepandaian yang Allah berikan tersebut malahan menjadi penyesat bagi kita karena kita tidak bisa mengelola
ilmunya dan merasa paling pandai diantara orang lainnya. Banyak kasus
orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai guru, namun perilakunya sama
sekali tidak mencerminkan sebagai seorang guru. Ilmu dan kepandaian yang Allah berikan seharusnya bisa digunakan
sebagai alat untuk kita menolong sesama, bukan untuk menyengsarakan sesama.
Disisi lain, menjadi orang yang
berbuat jujur juga merupakan cara kita untuk
lebih dekat kepada kebaikan. Hindarilah
perbuatan curang karena perilaku tersebut lebih
dekat kepada keburukan. Dan kita telah
mengetahui bahwa setiap keburukan akan membawa keburukan lainnya. Jadi,
hindarilah sifat curang dalam hal apapun dan
dalam bentuk apapun, apalagi jika menyangkut pada kepentingan umat-korupsi, dll.
9.
Ojo Adigang, Adigung,
Adiguno
“Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti”.
Image Source : www.kabarmakkah.com
Kita hidup diberi amanah oleh Allah sebagai khalifah, yang artinya adalah sebagai pemimpin. Kita hidup sebagai
pemimpin tidak hanya memerhatikan kepentingan kita sendiri, tetapi harus
memerhatikan kepentingan orang lain juga. Peran pertama kita sebagai pemimpin
adalah kepada diri sendiri dan setelah itu kepada orang lain, dan inilah yang
sering timbul permasalahan di dalamnya.
Sebagian dari kita diberi amanah untuk menjadi khalifah/pemimpin bagi orang
lain, seperti presiden, direktur, rektor, dsb. Yang terpenting untuk kita
perhatikan saat menjadi pemimpin bagi orang lain adalah kebijakannya. Janganlah menjadi pemimpin yang hanya bisa membuat
kebijakan demi keuntungan diri sendiri atau pun kelompoknya semata, itulah yang
disebut dengan pemimpin zalim, lalim.
Lebih dari itu, ketika kita
diberi amanah sebagai pemimpin janganlah
menjadi pemimpin yang sok kuasa, sok besar dan sok sakti.
Kita harus ingat bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan
dipertanggungjawabkan nantinya, apalagi perbuatan kita saat menjadi seorang
pemimpin. Pemimpin bisa menjadi sangat mulia di
mata manusia dan Allah jika kebijakannya sesuai dengan kebaikan, sebaliknya
pemimpin bisa menjadi hina di mata manusia dan
Allah jika kebijakannya hanya mengikuti hawa nafsunya
saja.
Itulah
9 Filosofi Jawa dari Sunan Kalijaga
yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Dari sembilan hal tersebut, intinya kita diharuskan untuk menjadi orang yang baik; orang
yang berpikiran baik; orang yang berkata baik dan orang yang berperilaku baik.
Tidak ada hal lain yang lebih dekat
dengan kebaikan kecuali kebaikan itu sendiri.
Semoga
dengan adanya artikel ini saya berharap bisa menjadi motivasi dan inspirasi
bagi kalian untuk menjawab makna hidup-bagaimana kita hidup. Walupun belum
seluruhnya terjawab, tetapi setidaknya kita telah sedikit memahami bagaimana
cara hidup yang baik-yang tentunya sesuai dengan Al Quran dan hadist-seperti
yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga
ini.
Content
Source : Sri Wahyuni PayTrener (Facebook)
*Kritik/saran
dan pendapat e-mail ke fahrulff14@gmail.com
*Komentar
cukup di kolom komentar, ya J
No comments:
Post a Comment